Dalam seni berpolitik pendekatan merakyat, seperti bahasa yang santun, menghormati lawan dan sikap yang jumawa adalah strategi paling jitu merebut hati pemilih. Hal ini sudah dicontohkan oleh Jokowi, rekan seperjuangan beliau. Bahkan setelah menjadi Gubernur, setting-an gaya khas merakyat Jokowi berhasil membawa beliau menjadi orang nomor satu di Indonesia. Jokowi berhasil menerapkan komunikasi politik persuasif. Istilah persuasi bersumber dari perkataan Latin, persuasio, yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Merayu bahkan terkadang tak hanya dengan menggunakan bahasa verbal, non verbal pun adalah bagian dari komunikasi persuasif. Kita tentunya ingat bagaimana Jokowi selalu disetting menggunakan baju putih, celana katun, atau bahkan dengan slogan “Jokowi adalah kita” dengan foto Jokowi sedang menambal ban, tentunya diluar cyber army Jokowi yang terkenal dengan istilah JASMEV (Jokowi – Ahok Social Media Volunteer).
Reaksional dan Spontanitas titik kelemahan
Sudah saatnya Ahok kembali berfikir bagaimana merangkul umat Islam dengan cara-cara yang arif dan elegan. Menyerang balik penggunaan ayat- ayat Al-Quran dengan spontanitas dan melakukan serangan balik (counter) cenderung membahayakan komunikasi Ahok, sifat spontanitas, reaksional diiringi emosi yang berlebihan adalah seperti sebuah gabungan orkestra dengan nada yang sangat sumbang, ini menjadi titik terlemah dari pribadi seorang Ahok, dari semua tim sukses Ahok di level managemen boleh dikata tak satupun yang paham secara mendalam Al-Quran. Bahkan Nusron Wahid, satu-satunya anggota tim yang paling jago pemahamannya dengan dalam agama Islam-pun diberhentikan (dengan alasan kesibukan beliau yang berlebih). Nusronlah yang menggagas khataman di markas tim sukses Ahok. Memang ada banyak para muslim pendukung beliau, tetapi patut diragukan kekaliberannya dibidang agama Islam. Mungkin Ahok perlu mempertimbangkan untuk menghire konsultan komunikasi politik yang mumpuni, yang bisa menasehati beliau untuk lebih berpuasa dalam berkomentar. Perlu latihan memang, bahkan perlu didampingi dengan seorang juru bicara atau minimal penasehat komunikasi yang selalu incharge disamping Ahok.
Pada akhirnya, Selamat mengikuti pilkada buat Kokoh dengan gaya uniknya. Sejatinya, bila tak ingin sibuk mencounter isu tentunya Ahok masih ingat hukum newton “ada aksi ada reaksi” jaman fisika pas beliau SMA,…